Rabu, 08 Februari 2012

'Drive Angry 3D' : Kakek dari Neraka Yang Hidup Kembali

Nicolas Cage? Boleh jadi itulah alasan terkuat untuk menonton film ini. Lupakan 'Season of the Witch' dan 'The Sorcerer's Apprentice'. Anggap saja terakhir kita menonton aksinya lewat film 'Kick Ass'. Kita ingin dia "kembali", dan inilah film yang telah ditunggu. Namun, tak perlu terlalu berharap untuk bertemu lagi dengan Cage di masa 'Con Air' (1997) misalnya.

'Drive Angry' karya sutradara Patrick Lussier ('My Bloody Valentine', 2009) adalah hiburan dalam arti yang sebenar-benarnya. Datang saja dengan niat untuk melihat balapan mobil dan ledakan. Oh, ya dan tentu wig baru Nicolas Cage. Siapa yang menyangka, dengan model rambut seperti itu, dia ternyata makluk yang datang dari neraka!

Cage berperan sebagai John Milton, seorang ayah yang mencintai anak perempuannya, kakek yang menyayangi cucunya. Dia sudah mati, dan hidup kembali untuk menuntut balas kepada orang yang telah membunuh anak perempuannya, dan kemudian mengambil cucunya. Anak perempuan Milton dibunuh oleh nabi sebuah sekte aliran, bernama Jonah King.

Jonah kemudian mengambil cucu Milton, untuk dijadikan korban pada malam bulan purnama, demi kebaikan umat manusia. Milton bangkit dari neraka, mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi melewati sebuah jembatan panjang, untuk menyelamatkan sang cucu.

Sampai di sini, apakah film ini terdengar sebagai sebuah drama teologi? Apapun namanya, aksi Nicolas Cage yang dingin cukup memuaskan. Dari awal, alur cerita berjalan sangat ringan. Milton mengejar segerombolan orang dalam beberapa mobil, lalu menghabisi mereka.

Adegan lalu berpindah ke sebuah kafe, tempat Milton nantinya bertemu dengan Piper, cewek seksi pelayan kafe itu, yang bosan dan bermasalah dengan bosnya, lalu cabut. Milton minta tumpangan pada Piper. Namun, ia tak bisa pergi begitu saja ketika Piper kemudian bermasalah dengan pacarnya. Begitulah, Milton membantu Piper menghajar si pacar itu, dan selanjutnya sudah bisa ditebak: cewek itu ikut ke mana pun Milton pergi.

Memang harus begitu, bukan, dalam setiap film laga yang menghibur? Harus ada cewek yang selalu menyertai setiap aksi sang jagoan. Tapi, sepeninggalan Milton dan Piper, muncul seorang pria berdasi, dengan gerak-gerik yang serba kaku, yang sejak awal membuat kita berpikir, dia pasti bukan manusia, tapi robot.

Yang jelas, pria perlente itu menelusuri jejak Milton, dan kepada orang-orang yang ditemui dia mengaku sebagai seorang akuntan. Tapi, belakangan, ketika bermasalah dengan para polisi, dia melempar koin ke udara, dan, hup, begitu tertangkap tangan, koin itu berubah menjadi lencana FBI. Film ini memang komikal dan kocak, namun secara keseluruhan dikemas dengan rapi.

Jadi, kurang apalagi? Bumbu humor ada, menghiasi aksi yang penuh kekerasan dan berdarah-darah, balapan mobil-mobil kuno, dan ledakan yang menimbulkan api bergumpal-gumpal. Dan, semua itu disempurnakan dengan pameran tubuh seksi Amber Heard ('Zombieland', 2009) sebagai Piper, yang tak hanya sekedar pajangan, melainkan juga bisa menembak dan berantem.

Satu lagi yang sejak tadi terlupa untuk dibahas: 3D. Ya judul film ini pakai embel-embel 3D. Orang biasanya akan bertanya, "3D-nya ngaruh nggak?" Untuk sebagian besar adegan, kacamata 3D memang hanya akan menjadi ganjalan di telinga kita. Namun, untuk adegan-adegan mobil meledak berkeping-keping, efek 3D membuat kita lebih maksimal menikmatinya.


www.digosip.blogspot.com