Sebanyak 320.000 atau 40 persen dari 800.000 jumlah masjid di seluruh Indonesia mengalami pergeseran arah kiblat. Salah satu penyebabnya adalah bergesernya lempeng bumi dan musibah gempa bumi bertubi-tubi yang melanda Tanah Air. Direktur Urusan Agama Islam Kementerian Agama Rohadi Abdul Fatah mengatakan, angka tersebut diperoleh dari hasil penelitian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo yang menunjukkan adanya pergeseran arah kiblat dari ratusan ribu masjid tersebut.
Sementara data Kementerian Agama hingga saat ini sebanyak 20 persen atau 160.000 masjid yang mengalami pergeseran arah kiblat. Terkait ini, dalam waktu dekat Kementerian Agama akan mengumpulkan para pengusaha, pemilik pabrik, hotel, dan pemilik gedung-gedung yang menyediakan fasilitas masjid. “Tidak tertutup kemungkinan angka itu terus bertambah. Di Jakarta saja setiap harinya ada 10 masjid yang minta diukur ulang, belum dari daerah-daerah lain. Hal yang pasti setiap hari kami banyak menerima pengurus masjid yang minta diukur masjidnya,” ujar Rohadi di Jakarta, kemarin.
Menurut Rohadi, jumlah daerah terbesar yang mengalami pergeseran arah kiblat masjid adalah Sumatera. Rohadi mengungkapkan wilayah Sumatera merupakan daerah yang kerap mengalami gempa bumi. Adapun untuk mengetahui arah kiblat masjid secara benar, saat ini Kementerian Agama telah memiliki alat ukur yang disebut Teodolip dan tersebar di 15 provinsi. Antara lain di Jawa Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Maluku, Sulawesi Selatan,dan Sulawesi Tengah.
Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan bahwa kesalahan penentuan kiblat yang banyak terjadi di beberapa masjid di Indonesia pembetulannya tidak harus dengan membongkar bangunan. “Tak harus dibongkar masjidnya, cukup posisi saf dan arah kiblatnya yang diubah,” paparnya.
Kementerian Agama akan menurunkan tim untuk melakukan pengukuran kembali. Sementara itu, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaludin membantah informasi yang menyebutkan bahwa arah kiblat ribuan masjid di Indonesia telah berubah. “Informasi itu tidak benar. Arah kiblat tidak akan berubah. Kalaupun memang arah kiblat salah, kemungkinan itu disebabkan dari penentuan saf di dalam masjid yang tidak sesuai dengan kiblat,” ujarnya.
Menurutnya, sejauh ini tidak ada data yang menyebut bahwa arah kiblat telah berubah. Satelit penginderaan jauh milik Lapan yang ada di atmosfer pun tidak menangkap indikasi tersebut. Pergeseran lempeng bumi juga tidak akan mengubah arah kiblat, kecuali telah berlangsung selama ratusan tahun.
Doktor astronomi dari Universitas Kyoto tersebut mengatakan, kemungkinan yang perlu diluruskan adalah posisi saf yang ada pada sejumlah bangunan masjid, terutama masjid-masjid lama yang dibangun hanya dengan menggunakan teknologi kompas dan perkiraan. Sebenarnya untuk menentukan arah kiblat sudah ada ketentuannya, yakni saat matahari tepat berada di atas Kota Mekkah.
Thomas mengatakan, peristiwa itu akan terjadi sekitar tanggal 26-30 Mei pukul 16.18 WIB dan 13-17 Juli pukul 16.27 WIB. Selain itu, penentuan arah kiblat juga bisa menggunakan peranti lunak Qibla Locator yang bisa diakses di alamat situs web www.qiblalocator.com. Alat ini dirancang antara lain oleh Ibn Mas’ud dengan menggunakan peranti lunak aplikasi Google Maps API v2,sejak 2006.
sumber:news.okezone.comMenurut Rohadi, jumlah daerah terbesar yang mengalami pergeseran arah kiblat masjid adalah Sumatera. Rohadi mengungkapkan wilayah Sumatera merupakan daerah yang kerap mengalami gempa bumi. Adapun untuk mengetahui arah kiblat masjid secara benar, saat ini Kementerian Agama telah memiliki alat ukur yang disebut Teodolip dan tersebar di 15 provinsi. Antara lain di Jawa Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Maluku, Sulawesi Selatan,dan Sulawesi Tengah.
Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan bahwa kesalahan penentuan kiblat yang banyak terjadi di beberapa masjid di Indonesia pembetulannya tidak harus dengan membongkar bangunan. “Tak harus dibongkar masjidnya, cukup posisi saf dan arah kiblatnya yang diubah,” paparnya.
Kementerian Agama akan menurunkan tim untuk melakukan pengukuran kembali. Sementara itu, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaludin membantah informasi yang menyebutkan bahwa arah kiblat ribuan masjid di Indonesia telah berubah. “Informasi itu tidak benar. Arah kiblat tidak akan berubah. Kalaupun memang arah kiblat salah, kemungkinan itu disebabkan dari penentuan saf di dalam masjid yang tidak sesuai dengan kiblat,” ujarnya.
Menurutnya, sejauh ini tidak ada data yang menyebut bahwa arah kiblat telah berubah. Satelit penginderaan jauh milik Lapan yang ada di atmosfer pun tidak menangkap indikasi tersebut. Pergeseran lempeng bumi juga tidak akan mengubah arah kiblat, kecuali telah berlangsung selama ratusan tahun.
Doktor astronomi dari Universitas Kyoto tersebut mengatakan, kemungkinan yang perlu diluruskan adalah posisi saf yang ada pada sejumlah bangunan masjid, terutama masjid-masjid lama yang dibangun hanya dengan menggunakan teknologi kompas dan perkiraan. Sebenarnya untuk menentukan arah kiblat sudah ada ketentuannya, yakni saat matahari tepat berada di atas Kota Mekkah.
Thomas mengatakan, peristiwa itu akan terjadi sekitar tanggal 26-30 Mei pukul 16.18 WIB dan 13-17 Juli pukul 16.27 WIB. Selain itu, penentuan arah kiblat juga bisa menggunakan peranti lunak Qibla Locator yang bisa diakses di alamat situs web www.qiblalocator.com. Alat ini dirancang antara lain oleh Ibn Mas’ud dengan menggunakan peranti lunak aplikasi Google Maps API v2,sejak 2006.
www.digosip.blogspot.com