Film '? (Tanda Tanya)' garapan sutradara handal Hanung Bramantyo, sepertinya banyak yang mencekal. Front Pembela Islam (FPI) menyerukan agar film '? (tanda tanya)' ini diboikot. Bahkan FPI mengharamkan film ini untuk ditonton masyarakat pencinta film Indonesia. "Film ? adalah film liberal yang sesat dan menyesatkan sehingga haram ditonton oleh umat," tegas Ketua FPI DKI Jakarta, Habib Salim Selon, di Gedung Film, Pancoran, Jakarta, Jumat (15/4/2011).
Tak hanya itu, FPI juga meminta agar seluruh kru film '? (Tanda Tanya)' termasuk para produsernya, untuk meminta maaf karena telah melukai perasaan umat Islam. Bahkan jika Erick Tohir yang juga pemilik Harian Republika tidak meminta maaf, FPI menyerukan untuk memboikot semua medianya. "Mereka harus meminta maaf pada umat Islam atau kita akan memboikot Erick Tohir dan semua medianya," pungkasnya.
Unjuk rasa yang digelar FPI ini memang terkait pemilik Republika, Eric Tohir yang menjadi produser film '? (Tanda Tanya)'. Padahal, kata Habib Salim Selon, selama ini Republika dikenal sebagai media massa yang selalu membela Islam. "Selama ini kan Republika selalu membela Islam. Kenapa mau mendukung film yang keluar dari jalur Islam dan menyebarkan kemurtadan lewat pluralisme agama," kritiknya.
Sebelumnya, Banser NU memprotes konten film di mana salah satu dialog mengatakan menjadi anggota Banser adalah pekerjaan. Padahal kenyataannya, menjadi Banser NU tidak dibayar dan untuk menjadi anggota butuh pelatihan. Ketua GP Ansor, Nusron Wahid, sudah mengklarifikasi dan meminta Hanung untuk mempelajari lebih dalam soal organisasi di bawah Nahdlatul Ulama itu.
Protes tidak hanya datang dari GP Ansor atau Banser, melainkan juga dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bahkan MUI mengancam akan memfatwa haram film '? (Tanda Tanya)' ini, lantaran pesannya dapat mendangkalkan akidah umat Islam.
(nov);editor:Digosip.blogspot.com
Unjuk rasa yang digelar FPI ini memang terkait pemilik Republika, Eric Tohir yang menjadi produser film '? (Tanda Tanya)'. Padahal, kata Habib Salim Selon, selama ini Republika dikenal sebagai media massa yang selalu membela Islam. "Selama ini kan Republika selalu membela Islam. Kenapa mau mendukung film yang keluar dari jalur Islam dan menyebarkan kemurtadan lewat pluralisme agama," kritiknya.
Sebelumnya, Banser NU memprotes konten film di mana salah satu dialog mengatakan menjadi anggota Banser adalah pekerjaan. Padahal kenyataannya, menjadi Banser NU tidak dibayar dan untuk menjadi anggota butuh pelatihan. Ketua GP Ansor, Nusron Wahid, sudah mengklarifikasi dan meminta Hanung untuk mempelajari lebih dalam soal organisasi di bawah Nahdlatul Ulama itu.
Protes tidak hanya datang dari GP Ansor atau Banser, melainkan juga dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bahkan MUI mengancam akan memfatwa haram film '? (Tanda Tanya)' ini, lantaran pesannya dapat mendangkalkan akidah umat Islam.
(nov);editor:Digosip.blogspot.com
www.digosip.blogspot.com