Selasa, 31 Januari 2012

Gnomeo and Juliet : Kisah Cinta Romeo & Juliet Versi Boneka

Semua film yang diangkat dari naskah klasik pada dasarnya adalah sebuah bentuk penafsiran baru. Masih ingat 'Romeo+Juliet'-nya Baz Luhrmann (1996)? Kini, materi yang sama digarap kembali, kali ini dalam format animasi 3-D yang dihiasi lagu-lagu Elton John. Hasilnya, sebuah tafsir yang segar dan barangkali lebih cocok untuk konsumsi generasi terkini.

Bila versi Luhrmann cenderung lebih bersetia pada naskah asli Shakespeare itu, maka versi animasi yang ditulis dan dikerjakan Kelly Asbury ('Shrek 2', 'Spirit: Stallion of the Cimarron') ini membelokkan ending-nya agar penonton lebih bahagia. Mungkin memang sudah bukan zamannya lagi kisah cinta tragis berakhir kematian yang depresif.

Romeo dan Juliet "versi Elton John" ini (ya, kita bisa juga menyebutnya begitu karena Mr. John adalah produser film ini) adalah gnome, boneka keramik bertopi panjang penghias halaman belakang rumah. Dan, sesuai cerita aslinya yang sudah dikenal di seluruh dunia, kita lagi-lagi dipertemukan dengan Keluarga Capulet dan Keluarga Montague yang berseteru.

Alkisah, dua keluarga itu tinggal bersebelahan di sebuah kawasan suburban di London. Layaknya Buzz, Woody dan kawan-kawannya di kotak mainan Andy dalam 'Toy Story' yang bisa hidup, demikian pula boneka-boneka keramik itu. Ketika Tuan Capulet dan Nyonya Montague sedang tidak berada di rumah, boneka-boneka itu hidup, dan saling bermusuhan seperti tuan mereka.

Tim Gnomeo bertopi biru, sedangkan Tim Juliet bertopi merah. Begitulah, seperti yang sudah diketahui, Gnomeo dan Juliet saling jatuh cinta di tengah permusuhan kedua keluarga. Secara keseluruhan, jika dibanding dengan cerita aslinya, alur dan konflik dalam versi animasi ini disederhanakan. Sejumlah "cerita baru" dimasukkan, seperti sang angsa patah kaki yang harus menunggu 20 tahun untuk mendapatkan kembali kakinya.

Sementara karakter Gnomeo dan Juliet-nya sendiri terkesan datar-datar saja, karakter-karakter pendukung seperti si angsa itu, juga si katak dan si jamur, justru yang mencuri perhatian. Mereka cerewet, banyak tingkah dan cukup bisa membangun kelucuan sehingga membuat film ini, dengan cerita yang sedemikian ringan dan tipisnya, tetap lumayan menghibur. Ditambah, dari segi irama warna, film ini terlihat menyenangkan.

Bagi generasi yang tumbuh dalam kemajuan teknologi tontonan animasi, menonton film ini bisa menjadi cara untuk mengenal karya sastra klasik dunia. Setelah menyaksikan adegan romantis berhias lagu 'Your Song' yang legendaris itu, siapa tahu kemudian tertarik untuk mempelajari karya aslinya, dan karya-karya klasik lainnya, untuk memperkaya wawasan.


www.digosip.blogspot.com